Rabu, 02 Mei 2012

My Beloved Tree


Ini cerpen yang saya buat untuk mading pada tanggal 18 Januari 2012. Lomba mading yang diselenggarakan oleh SMAK Santa Maria. Selamat menikmati :)

“8...9...10! Aku cari yaaa!”teriak seorang anak
Anak itu berlari menuju semak  di belakang pohon lalu langsung berlari ke pohon. “Aris tekong!!”
Aris langsung keluar dengan wajah muram. Gadis kecil yang berada di belakang pohon langsung berlari menuju pos.
“Tekong!”

                “hom pim pa alayum gam...breng!”ucap tujuh anak serempak
  “Rico jaga!”teriak semua anak. Dan permainanpun berlanjut
“Kak Aris, dorongin ayunan-nya donk!”pinta Dinda
Dinda segera duduk di ayunan dan Aris mendorongnya. Dinda tersenyum kegirangan, Aris ikut tersenyum melihat Dinda tersenyum. Sementara Rico sedang berdiri menatap pohon jambu didepan-nya. Ia memohon dalam hati agar buah jambu yang berwarna merah marun itu jatuh agar ia tak perlu memanjatnya. Dan TUKK !!! Sebuah jambu jatuh di atas kepala-nya. Rico berteriak kegirangan. Walaupun ia mengerang kesakitan, ia mendapatkan buah jambu yang ia inginkan.

                Sementara Dinda, ia berusaha turun dari ayunan dan berjalan menuju batang pohon. Dengan hati-hati, ia menapaki satu persatu tangga menuju rumah pohon yang dibuat warga kampung itu. Dinda bermimpi bahwa suatu saat ia dapat membuat rumah pohon yang lebih besar lagi.
                                Pohon jambu dan tawa anak-anak itu adalah sebuah hubungan erat, seperti awan gelap dan hujan, seperti timbunan jarum dan gulungan benang-benang emas. Anak-anakdan pohon jambu itu adalah sekelompok sahabat. Tanpa anak-anak sadari, pohon jambu itu juga turut tenggelam dalam irama kegirangan. Keseruan dalam petak umpet, kegirangan dalam ayunan dan kehangatan dalam rumah pohon.
 Detik ganti detik, menit ganti jam dan bulan ganti tahun. Sekarang tak banyak lagi yang bermain dibawah naungan hangat pohon jambu itu. Hanya segelintir anak yang duduk dibawah rimbun-nya daun pohon tersebut. Rico, Dinda dan Aris salah satunya.

                Sore itu, Dinda sambil duduk di ayunan sembari menggambar. GREBB !! Sebuah tangan menutup matanya.
  “Kak Arisssss!!!”teriak Dinda
         “ahahaha!! Kamu sihhh ngapain sore sore beginian kok malahan ngelamun. Hayooo mikirin Rico yaaaaa”goda Aris
   “aduhh kakak ahhh, kaya gak ada kerjaan lain aja selain ngerjain aku. Emang situ dah ada yang punya?”
            “waduh waduh menghina yaaaa.... maaf yaaa! Aris ini, SAHABATNYA DINDA sudah ada yang punya!!”teriak Aris
Beginilah rutinitas mereka tiap sore menjelang. Berkumpul dibawah pohon jambu yang menyatukan mereka tanpa sengaja dan bergurau satu sama lain. Saat Dinda berkutat dengan buku gambarnya, Aris memetik senar gitarnya sementara Rico dengan komiknya.
                10 Tahun Kemudian.........
Aris tetap tinggal di daerah tersebut dan tetap mengunjungi pohon jambu itu. Ia memetik gitarnya sambil bersenandung kecil bersama anak-anak lain yang bermain. Sementara Dinda pindah ke kota dan menjadi arsitek terkenal dan Rico menjadi seorang kontraktor yang kaya raya
                Suatu hari, Aris bersandar di bawah pohon  dan memetik gitar sambil bernyanyi. Matahari yang terik membuatnya nyaman berada dibawah naungan pohon besar itu. Angin semilir membuatnya menutupkan mata. Namun ia kembali tersadar dalam lamunan karena suara berisik membangunkannya. Banyak mobil dan truk melewatinya dan berhenti didepan matanya.
                “Ada apa gerangan ini?’tanya Aris dalam hati
Tiba-tiba ia melihat seorang pria dan wanita turun dari mobil hitam tadi. Aris mengenalinya sebagai teman masa kecilnya, Dinda dan Rico.
                “Apa kabar Rico, lama tak jumpa.”seru Aris
  “Lama tak jumpa pula kak”balas Rico
    “Apa tak ada yang mengenaliku lagi?”tanya wanita di belakang Rico
                “Tentu saja tidak dinda. Kau tetap adik kecilku yang manis.Ada urusan apa sampai kalian membawa rombongan kesini? Jangan bilang kalian mau merubuhkan pohon jambu itu”gurau Aris sambil menunjuk pohon tadi
  “Itulah tujuan kami kak. Kami harus menebang pohon jambu itu. Sebab akan ada gedung besar disini.”jawab Rico
                “Kalian bercanda kan?! Kalian tak mungkin tega memotong pohon ini. Pohon inilah yang menyatukan kita!!”
    “Tapi kami semua butuh uang kak! Kami tetap akan menebang pohon ini walau kakak melarang. AYOOO CEPAT TEBANG!!!”seru Dinda sambil menyuruh beberapa orang menebang
                Sementara beberapa orang menyiapkan gergaji mesin, Dinda berkeliling sekitar pohon dan mulai membayangkan jika bangunan besar yang akan mereka bangun nantinya. Ia optimis bahwa nantinya gedung yang akan dibangunnya akan menjadi gedung yang megah. Dinda berharap kak Aris tidak akan memperlambat pembangunan.
                “Kak, maafkan Dinda. Tapi Dinda harus melakukannya”ucap Dinda dalam hati
Ia memandang keatas dan mulai berimajinasi lagi. Sebuah bangunan kecil di atas pohon itu membuatnya berhenti seketika. Ia memandang rumah pohon itu.
                “Nanti kalau Dinda sudah besar, Dinda mau buat rumah pohon yang lebih besar. Buat mama, papa, Dinda, Rico dan kak Aris!!”seru Dinda pada semua temannya
Di lain tempat, Rico mengelilingi pohon itu dan mulai berpikir.
“Aku harus menebang dari sisi mana ya?”pikir Rico dalam hati.
                PLUKK!!! Sebuah buah jambu warna merah ranum jatuh menimpa kepalanya. Ia memungut buah itu. Sebuah bayangan flashback memenuhi kepalanya
FLASHBACK ON
                Rico bermain petak umpet dengan anak lain yang sebayanya. Ia terus menerus kalah dan harus mencari temannya. Rico kehausan. Ia mendongak dan melihat ranting pohon yang dipenuhi oleh buah jambu yang ranum. Ia berharap agar buah jambu itu jatuh dan dapat memuaskan dahaganya. Dan PLUKK!! Sebuah jambu jatuh dan menimpa kepalanya. Ia tersenyum kegirangan.
FLASHBACK OFF
                Rico termenung terbesit sebuah penyesalan dalam dirinya.  
“Pak, bagaimana jadi?”tanya seorang pegawainya
  “Batalkan saja!!”perintah Rico
                “Kenapa pak?”tanya pegawai lainnya
  “Kalau saya bilang batalkan ya BATALKAN!!!”seru Rico
“Karena pohon terlalu banyak menyimpan kenangan  untuk-ku dan semuanya”katanya dalam hati
               
                Rico menyadari bahwa Dinda dan Aris sudah berada di belakangnya dn tersenyum. Mereka seperti sudah mengetahui apa maksud sahabat kecilnya itu. Rico membalas senyuman mereka dan berangkulan sambil memandang pohon yang menjadikan mereka sahabat. Mereka berjanji akan terus merawat dan menjaga pohon tersebut sampai akhir hayat.

1 komentar: