Senin, 14 Mei 2012

From Music to Love


Suara alunan denting piano memenuhi gedung opera besar tersebut. Lentikan jari sang pemain tak hentinya mengalunkan nada-nada indah. Symphony Beethoven no 9. Nada-nada yang indah keluar dari jari-jari lentik gadis yang memakai gaun putih tersebut. Gadis itu menghentikan permainan-nya lalu berdiri dan membungkuk. Sorak gemuruh tepuk tangan dari penonton menghujani gadis tersebut. Gadis itu lalu berjalan meninggalkan panggung diikuti oleh tirai yang tertutup.
                “Bravo, bravo ma cherri ! Bagus sekali permainan-mu tadi. Ibumu sampai menangis saat melihatmu tampil tadi”ucap seorang pria paruh baya
“Terima kasih ayah. Dimana ibu sekarang ? Aku ingin bertemu dengan-nya” ucap gadis tersebut
                “Ia ada di ruang ganti sayang.”
Gadis itu langsung menuju ruang ganti yang dimaksud ayahnya. Saat ia berjalan, tanpa sadar seorang pria dengan membawa biola-nya melewati gadis itu. Waktu seakan berjalan lambat saat mereka berpapasan. Tanpa disadari, ekor mata gadis itu mengikuti arah pria itu pergi.
                “Callisa ! Bagus sekali penampilan-mu tadi sayang .... Mama bangga denganmu!”ucap wanita yang sedang duduk di sofa merah maroon tersebut
“Terima kasih mama”ucap Lisa lalu memeluk ibunya
Callisa mendengar sesuatu. Gesekan senar biola mengganggu telinga-nya. Gesekan dan tarikan si pemain biola mengusik hatinya. Saat nada menajam, hati-nya seperti diguyur air es. Sungguh menakjubkan !
“Mama, aku pergi sebentar.”ucap Lisa
                Lisa mendengar lagi suara shymphony yang dimainkan oleh violist tersebut. Mata Lisa terpejam dan mulai menggerakkan jari-nya seakan mengikuti alunan biola tersebut. Ia sangat mengenali lagu ini, tapi apa ? Lisa kembali berpikir keras mencari nama shymphony atau judul lagu tersebut. Sorakan tepuk tangan juga mengiringi kepergian sang violist. Degup jantung Callisa bertambah saat violist itu melewatinya lagi. Kali ini Callisa memanggilnya untuk sedikit memastikan.
“Permisi. Kalau boleh aku tahu. Lagu apa yang kau mainkan tadi ?”tanya Callisa
                “Lalu kalau kau tahu, apa yang kau akan lakukan? Memainkan-nya saat pentas lain waktu?”jawab pria itu sinis
Callisa mengelak. Ia bukan ingin memainkan-nya. Hanya saja, ia penasaran. Penasaran yang dipendam seumpama seorang anak kecil yang ingin tahu apa isi dari lubang sumur dan apa yang ada di dalamnya. Karena rasa penasaran yang tinggi, bisa saja anak itu bernekat masuk dan terperosok di dalamnya. Bisa dibilang bahaya bukan ?!
                “Do Re Mi. Lagu itu Do Re Mi”ucap pria itu lalu pergi
“Terima kasih, siapa namamu?”tanya Callisa sekali lagi
                “Robert” lalu pria itu meninggalkan Callisa sendirian di backstage yang penuh.
Robert memenangkan juara 1 dalam pentas tersebut. Diikuti oleh Callisa dan 1 peserta lain. Callisa tersenyum saat ia kembali bertemu dengan Robert diatas panggung. Namun Robert hanya dengan ekspresi datarnya yang semula. ‘Do Re Mi, lagu yang unik. Pemain-nya juga unik’ pikir Callisa dalam hati.
                Saat Callisa hendak tidur, ia mencari dan mendownload lagu Do Re Mi tersebut. Ia mengulang-nya puluhan kali sampai akhirnya ia terlelap dalam alam mimpi.
Doe, a deer, a female deer
Ray, a drop of golden sun
Me, a name I call myself
Far, a long long way to run
Sew, a needle pulling thread
La, a note to follow sew
Tea, I drink with jam and bread
That will bring us back to do
Lagu itu terus menggiang di kepala Callisa. Sampai suatu hari, Callisa bertemu Robert di sebuah pentas lagi. Callisa memutuskan untuk memainkan lagu Do Re Mi dengan gayanya sendiri. Dan tanpa sengaja Robert memainkan  Symphony Beethoven no 9. Seperti telepati.
“Kau memainkan  Symphony Beethoven no 9 sama seperti yang kumainkan pada pentas yang sebelum-nya !”ujar Callisa pada Robert
                “Dan kau memainkan Do Re Mi sama seperti yang kulakukan pada pentas sebelumnya”ucap Robert
“dengan gaya-ku sendiri. Itu tambahan”ralat Callisa
                “Kau gadis yang menarik”ucap Robert lalu pergi
Callisa mengejar Robert dan menepuk pundak-nya. Robert hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan Callisa padanya. Ia bisa menebak apa yang ingin dikatakan Callisa kepadanya. Hanya saja, ia mau Callisa yang mengucapkan-nya.
“Kau, bisa ajari aku lagu itu dengan sempurna ? Aku masih belum bisa memainkan lagu itu dengan gaya-mu seperti yang kau lakukan saat pentas lalu”
                “Kau ? Memintaku ? Kenapa kau tidak minta sendiri pada guru kursus-mu. Aku yakin ia lebih hebat dari-ku”ucap Robert sinis
“Aku tidak mempunyai guru kursus. Aku mepelajari-nya dari mamaku. Jadi tolonglah aku, aku mencari nada-nya sendiri saat itu. Dan aku tahu ada nada yang ganjil dalam lagu yang kumainkan tadi saat pentas”jawab Callisa
                “Pardon ? Ohh, benar ! Ada nada yang ganjil memang. Saat sew, a needle pulling thread. Nada yang kau buat sedikit aneh disana”
“Kau mau mengajariku?”tanya Callisa dengan mata berbinar
                “Baiklah. I will”ucap Robert plus senyum manis-nya
‘Ia sangat manis bila tersenyum’ ucap Callisa dalam hati
Senin sore, Robert sudah berada di rumah Callisa. Ia mengajarkan nada yang salah pada Callisa. Namun tetap saja Callisa tidak mampu menemukan nada yang cocok untuk bagian tersebut. Callisa menyerah
“Sepertinya aku tidak akan pernah menemukan nada yang pas untuk lagu itu. Mungkin lagu Do Re Mi hanya cocok dimainkan dalam versi biola saja yahh ?”gerutu Callisa pada Robert
                “Kau gampang menyerah. Coba kau ingat. Nada dasar pada semua alat musik bukan-nya di mulai dari piano bukan ?!”ujar Robert
Callisa hanya bisa mengangguk. Ia ingat pernah membaca hal itu dari sebuah novel.
                “Kalau begitu, ayo kita cari ! Masih ada waktu !”ujar Robert semangat
Callisa hanya bisa tersenyum melihat semangat Robert. Dengan begitu banyak nada yang ia temukan, akhirnya Callisa dan Robert menemukan nada yang cocok untuk bagian dari lagu Do Re Mi tersebut.
“Aku berhasill !!”teriak Callisa kegirangan
                “hahah, akhirnya kau menemukan-nya juga bukan?!”ucap Robert
“Terima kasih, terima kasih !!”
                “Tidak. Terima kasih juga untuk-mu. Karena sepertinya aku juga menemukan ‘nada’ yang tepat bagi diriku”jawab Robert sambil tersenyum simpul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar