Suara alunan denting piano memenuhi gedung opera besar
tersebut. Lentikan jari sang pemain tak hentinya mengalunkan nada-nada indah. Symphony
Beethoven no 9. Nada-nada yang indah keluar dari jari-jari lentik gadis yang
memakai gaun putih tersebut. Gadis itu menghentikan permainan-nya lalu berdiri
dan membungkuk. Sorak gemuruh tepuk tangan dari penonton menghujani gadis
tersebut. Gadis itu lalu berjalan meninggalkan panggung diikuti oleh tirai yang
tertutup.
“Bravo,
bravo ma cherri ! Bagus sekali permainan-mu tadi. Ibumu sampai menangis saat
melihatmu tampil tadi”ucap seorang pria paruh baya
“Terima kasih ayah. Dimana ibu sekarang ? Aku ingin bertemu
dengan-nya” ucap gadis tersebut
“Ia ada
di ruang ganti sayang.”
Gadis itu langsung menuju ruang ganti yang dimaksud ayahnya.
Saat ia berjalan, tanpa sadar seorang pria dengan membawa biola-nya melewati
gadis itu. Waktu seakan berjalan lambat saat mereka berpapasan. Tanpa disadari,
ekor mata gadis itu mengikuti arah pria itu pergi.
“Callisa
! Bagus sekali penampilan-mu tadi sayang .... Mama bangga denganmu!”ucap wanita
yang sedang duduk di sofa merah maroon tersebut
“Terima kasih mama”ucap Lisa lalu memeluk ibunya
Callisa mendengar sesuatu. Gesekan senar biola mengganggu
telinga-nya. Gesekan dan tarikan si pemain biola mengusik hatinya. Saat nada
menajam, hati-nya seperti diguyur air es. Sungguh menakjubkan !
“Mama, aku pergi sebentar.”ucap Lisa
Lisa
mendengar lagi suara shymphony yang dimainkan oleh violist tersebut. Mata Lisa
terpejam dan mulai menggerakkan jari-nya seakan mengikuti alunan biola
tersebut. Ia sangat mengenali lagu ini, tapi apa ? Lisa kembali berpikir keras
mencari nama shymphony atau judul lagu tersebut. Sorakan tepuk tangan juga
mengiringi kepergian sang violist. Degup jantung Callisa bertambah saat violist
itu melewatinya lagi. Kali ini
Callisa memanggilnya untuk sedikit memastikan.
“Permisi. Kalau boleh aku tahu. Lagu apa yang kau mainkan
tadi ?”tanya Callisa
“Lalu
kalau kau tahu, apa yang kau akan lakukan? Memainkan-nya saat pentas lain waktu?”jawab
pria itu sinis
Callisa mengelak. Ia bukan ingin memainkan-nya. Hanya saja,
ia penasaran. Penasaran yang dipendam seumpama seorang anak kecil yang ingin
tahu apa isi dari lubang sumur dan apa yang ada di dalamnya. Karena rasa
penasaran yang tinggi, bisa saja anak itu bernekat masuk dan terperosok di
dalamnya. Bisa dibilang bahaya bukan ?!
“Do Re
Mi. Lagu itu Do Re Mi”ucap pria itu lalu pergi
“Terima kasih, siapa namamu?”tanya Callisa sekali lagi
“Robert”
lalu pria itu meninggalkan Callisa sendirian di backstage yang penuh.
Robert memenangkan juara 1 dalam pentas tersebut. Diikuti
oleh Callisa dan 1 peserta lain. Callisa tersenyum saat ia kembali bertemu
dengan Robert diatas panggung. Namun Robert hanya dengan ekspresi datarnya yang
semula. ‘Do Re Mi, lagu yang unik.
Pemain-nya juga unik’ pikir Callisa dalam hati.
Saat
Callisa hendak tidur, ia mencari dan mendownload lagu Do Re Mi tersebut. Ia
mengulang-nya puluhan kali sampai akhirnya ia terlelap dalam alam mimpi.
Doe, a deer, a female deer
Ray, a drop of golden sun
Me, a name I call myself
Far, a long long way to run
Sew, a needle pulling thread
La, a note to follow sew
Tea, I drink with jam and bread
That will bring us back to do
Lagu itu terus menggiang di
kepala Callisa. Sampai suatu hari, Callisa bertemu Robert di sebuah pentas
lagi. Callisa memutuskan untuk memainkan lagu Do Re Mi dengan gayanya sendiri.
Dan tanpa sengaja Robert memainkan
Symphony Beethoven no 9. Seperti telepati.
“Kau memainkan Symphony Beethoven no 9 sama seperti yang kumainkan
pada pentas yang sebelum-nya !”ujar Callisa pada Robert
“Dan
kau memainkan Do Re Mi sama seperti yang kulakukan pada pentas sebelumnya”ucap
Robert
“dengan gaya-ku sendiri. Itu
tambahan”ralat Callisa
“Kau
gadis yang menarik”ucap Robert lalu pergi
Callisa mengejar Robert dan
menepuk pundak-nya. Robert hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan Callisa
padanya. Ia bisa menebak apa yang ingin dikatakan Callisa kepadanya. Hanya
saja, ia mau Callisa yang mengucapkan-nya.
“Kau, bisa ajari aku lagu itu
dengan sempurna ? Aku masih belum bisa memainkan lagu itu dengan gaya-mu
seperti yang kau lakukan saat pentas lalu”
“Kau
? Memintaku ? Kenapa kau tidak minta sendiri pada guru kursus-mu. Aku yakin ia
lebih hebat dari-ku”ucap Robert sinis
“Aku tidak mempunyai guru kursus.
Aku mepelajari-nya dari mamaku. Jadi tolonglah aku, aku mencari nada-nya
sendiri saat itu. Dan aku tahu ada nada yang ganjil dalam lagu yang kumainkan
tadi saat pentas”jawab Callisa
“Pardon
? Ohh, benar ! Ada nada yang ganjil memang. Saat sew, a needle pulling thread.
Nada yang kau buat sedikit aneh disana”
“Kau mau mengajariku?”tanya
Callisa dengan mata berbinar
“Baiklah.
I will”ucap Robert plus senyum manis-nya
‘Ia sangat manis bila tersenyum’ ucap Callisa dalam hati
Senin sore, Robert sudah berada
di rumah Callisa. Ia mengajarkan nada yang salah pada Callisa. Namun tetap saja
Callisa tidak mampu menemukan nada yang cocok untuk bagian tersebut. Callisa
menyerah
“Sepertinya aku tidak akan pernah
menemukan nada yang pas untuk lagu itu. Mungkin lagu Do Re Mi hanya cocok
dimainkan dalam versi biola saja yahh ?”gerutu Callisa pada Robert
“Kau
gampang menyerah. Coba kau ingat. Nada dasar pada semua alat musik bukan-nya di
mulai dari piano bukan ?!”ujar Robert
Callisa hanya bisa mengangguk. Ia
ingat pernah membaca hal itu dari sebuah novel.
“Kalau
begitu, ayo kita cari ! Masih ada waktu !”ujar Robert semangat
Callisa hanya bisa tersenyum
melihat semangat Robert. Dengan begitu banyak nada yang ia temukan, akhirnya
Callisa dan Robert menemukan nada yang cocok untuk bagian dari lagu Do Re Mi
tersebut.
“Aku berhasill !!”teriak Callisa
kegirangan
“hahah,
akhirnya kau menemukan-nya juga bukan?!”ucap Robert
“Terima kasih, terima kasih !!”
“Tidak. Terima kasih juga
untuk-mu. Karena sepertinya aku juga menemukan ‘nada’ yang tepat bagi
diriku”jawab Robert sambil tersenyum simpul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar